ResolusiNews | Perang saudara di Myanmar kian memanas usai junta militer mengebom sebuah klinik medis di wilayah Magway yang menewaskan 11 orang.
Pengeboman pada akhir pekan lalu itu disebut terjadi saat tidak ada pertempuran baru-baru ini antara pasukan junta dan milisi anti-junta di daerah tersebut.
Dikutip Radio Free Asia, Selasa (25/3/2025), Magway sendiri dikenal pernah menjadi salah satu titik panas dalam perang.
“Kami menemukan 11 mayat. Ada lima anak-anak,” kata seorang penduduk di kota Gangaw di wilayah tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan. “Semuanya adalah warga sipil,” seperti dikutip cnbcindonesia.com.
Pemerintah Persatuan Nasional, pemerintah Myanmar menyebut serangan itu menewaskan seorang dokter bernama Mya Soe Aung (40) istrinya, Khaing Hnin Wai (39), dan putra mereka yang berusia lima tahun. Delapan pasien lainnya yang sedang menunggu perawatan medis ikut menjadi korban serangan.
Mya Soe Aung dan Khaing Hnin Wai pernah bekerja di Rumah Sakit Distrik Tin Thar di wilayah Sagaing dan berpartisipasi dalam Gerakan Pembangkangan Sipil, yang dimulai pada bulan Februari 2021 sebagai perlawanan damai terhadap kudeta militer.
“Dipimpin oleh para pekerja kesehatan dan aktivis, gerakan ini melibatkan aksi mogok massal dan protes meskipun ada tindakan keras yang brutal, yang melambangkan perjuangan untuk demokrasi. Keduanya terus merawat pasien di wilayah Sagaing dan Magway setelah meninggalkan jabatan mereka,” tambah informasi itu dilansir cnbcindonesia.com.
Secara terpisah, warga mengatakan bahwa mereka menemukan 4 jenazah warga sipil yang sebelumnya ditangkap pasukan junta ditemukan di desa Kya Pin utara, sekitar 186 km Selatan di kota Salin wilayah Magway. Warga mengidentifikasi para korban sebagai dua pria berusia 40 dan 50 tahun, dan dua lainnya berusia sekitar 60 tahun.
“Mayat-mayat itu dibuang di lubang toilet tua di dalam sekolah Kya Pin,” kata seorang warga. “Karena kami tidak dapat mengevakuasi mereka, kami tidak dapat memindahkan mereka ke kuburan dan harus mengisi area tersebut dengan pasir.”
Di desa Koke Ko Tan dan Nay Pu Khan di dekatnya, pasukan junta membakar lebih dari 100 rumah. Kejadian ini pun turut membakar seorang wanita berusia 55 tahun hingga tewas.
“Akibat serangan junta, sekitar 17.000 penduduk desa tidak dapat kembali ke rumah mereka,” imbuhnya.
Myanmar berada dalam perang saudara sejak junta militer pimpinan Min Aung Hlaing mengkudeta pemerintahan sipil pada Februari 2021. Kudeta, yang terjadi pada bulan Februari 2021 memicu reaksi publik yang besar, dengan demonstrasi besar-besaran yang menolaknya, yang kemudian dibubarkan secara brutal.
Ini kemudian memicu reaksi keras dari beberapa milisi etnis di Negeri Seribu Pagoda seperti Arakan, Karen, dan Kachin. Mereka mulai melancarkan perlawanan terhadap rezim junta yang dianggap tidak demokratis.