(55) 445 521 455

Mon - Sat 8.00 - 17.00

Denver, Colorado

Perum Perhutani Bangun Tiga Pabrik Biomassa dari Hutan Tanaman Energi

JAKARTA | RESOLUSINEWS.COM | Perum Perhutani mencatat sebanyak 48.477 hektare kawasan hutan telah dialokasikan untuk proyek Hutan Tanaman Energi. Dalam proyek ini, Perhutani berencana membangun tiga pabrik biomassa guna mendukung program energi baru terbarukan (EBT).

Direktur Utama Perum Perhutani, Wahyu Kuncoro, mengatakan ketiga pabrik tersebut terdiri atas dua pabrik Co-Firing untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan satu pabrik biomassa untuk kebutuhan komersial.

“Per akhir tahun lalu, kami telah memiliki 48 ribu hektare hutan tanaman energi. Kami menanam pohon yang energinya setara dengan batu bara,” ujar Wahyu dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2025).

Wahyu merinci, pabrik Co-Firing PLTU PLN pertama berada di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, dengan kapasitas produksi 11.500 ton per tahun. Pabrik ini membutuhkan investasi Rp 27 miliar secara multiyears dan ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal II 2025.

Berita Lainnya  Bekasi Terus Mitigasi Banjir, SDA-BMBK Bangun Kolam Retensi dan Sumur Resapan

Sementara itu, pabrik Co-Firing kedua berlokasi di Rembang dengan kapasitas produksi 14.300 ton per tahun, juga dengan investasi Rp 27 miliar. Pabrik ini direncanakan mulai beroperasi pada kuartal I 2026.

Adapun pabrik biomassa untuk kebutuhan komersial akan dibangun di Brumbung, dengan produksi wood pellet sebesar 60.000 ton per tahun. Investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 133,6 miliar, dengan target operasional pada kuartal IV 2025.

“Untuk biomassa di Sukabumi, saat ini sudah memasuki tahap akhir commissioning. Sedangkan di Rembang dan Brumbung masih dalam proses pengembangan,” jelas Wahyu.

Kinerja Keuangan Perhutani

Perum Perhutani membukukan laba bersih sebesar Rp 303 miliar sepanjang tahun 2024, menurun dibandingkan laba bersih Rp 502 miliar pada 2023.

Berita Lainnya  Bupati Bekasi Tinjau Pasar Bojong, Siapkan Langkah Cepat dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Menurut Wahyu, meskipun laba bersih menurun, secara rata-rata lima tahun terakhir Perhutani masih mencatat pertumbuhan laba sebesar 6,7%. Ia menjelaskan, penurunan laba pada 2024 dipengaruhi oleh gejolak politik dan ketidakpastian ekonomi.

“Banyak perusahaan kehutanan yang mengalami kesulitan dalam melanjutkan bisnisnya karena situasi politik dan ekonomi yang bergejolak,” kata Wahyu.

Meski begitu, Perhutani optimistis dapat meningkatkan efisiensi dan memperbaiki kinerja di tahun 2025. Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), Perhutani menargetkan laba bersih sebesar Rp 459 miliar tahun ini.

Dari sisi pendapatan, Perhutani mencatatkan angka stagnan di kisaran Rp 5,5 triliun pada 2023 dan 2024. Namun, jika dilihat dalam rentang lima tahun terakhir, pendapatan perusahaan tumbuh sebesar 2,5%. Tahun ini, Perhutani membidik pendapatan sebesar Rp 5,7 triliun.

Berita Lainnya  Antusias Warga Tambun Utara Tetap Tinggi Hadiri Botram Meski Lapangan Becek

EBITDA perusahaan juga tercatat menurun dari Rp 757 miliar pada 2023 menjadi Rp 528 miliar pada 2024. Untuk 2025, Perhutani menargetkan pertumbuhan EBITDA hingga Rp 711 miliar.

“Rasio EBITDA margin kami berada di angka 9,9%, dan rasio EBITDA terhadap beban bunga mencapai 1,57 kali,” jelas Wahyu.

Lebih lanjut, Perhutani mencatatkan peningkatan total aset menjadi Rp 18,3 triliun pada 2024 dari sebelumnya Rp 17,9 triliun di 2023. Wahyu menambahkan, sebagian besar aset Perhutani berupa tegakan pohon yang dikelola, bukan dimiliki.

“Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang pendirian Perum Perhutani, kami ditugaskan untuk mengelola hutan, bukan memilikinya,” tutupnya.

 

(Detik.com)

Bagikan Artikel

Berita Pilihan

Artikel Lainnya