JAKARTA | RESOLUSINEWS.COM | Ketua DPP PDIP Deddy Yevri Sitorus menilai Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka terlalu sering membuat video dan kurang fokus pada pekerjaan. Pernyataan tersebut dianggap sebagai indikasi adanya ketegangan politik antara PDIP dan keluarga besar Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Tentu ini tak bisa dilepaskan dalam konteks konflik politik antara PDIP dan keluarga besar Jokowi,” ujar Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno, saat dihubungi pada Rabu (23/4/2025).
Adi menyatakan bahwa tidak mengherankan apabila sejumlah elite dan kader PDIP terus menyerang Gibran. Ia menilai setiap komentar yang terkait dengan Gibran selalu memiliki nada negatif.
“Tak mengherankan jika elite dan kader PDIP terus menyerang Gibran yang notabenenya anak Jokowi. Apapun yang terkait dengan Gibran tonenya memang negatif,” ucap Adi.
Dalam pernyataan sebelumnya, Deddy Sitorus juga mengkritik Gibran yang terlalu banyak membuat video, seperti video YouTube mengenai bonus demografi Indonesia. Deddy menyarankan agar Gibran lebih banyak bekerja daripada sekadar membuat konten video.
“Menurut saya, jangan terlalu banyak bikin video. Kerja saja,” ujar Deddy di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, pada Senin (21/4).
Deddy kemudian menyebut nama Dedi Mulyadi tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai maksudnya.
“Video terus, nggak habis-habis. Nanti sama kayak Pak Dedi Mulyadi lagi,” tambahnya.
Adi Prayitno menanggapi pernyataan Deddy dengan menyebut bahwa kritik tersebut ada benarnya, namun pemimpin juga perlu menyampaikan narasi politik yang jelas. “Pemimpin memang harus banyak bekerja dan merealisasikan janji politik, namun narasi politik juga penting. Pemimpin perlu menyampaikan visi besar untuk masa depan,” jelas Adi.
Ia juga menambahkan bahwa meskipun Gibran sering dikritik, seorang pemimpin perlu membangun narasi yang dapat dipahami publik. “Pemimpin perlu bicara dan membangun narasi, dan pada saat yang sama, narasi tersebut harus diwujudkan dengan bukti kinerja yang nyata,” tuturnya.
Adi mengakui bahwa menjadi Gibran saat ini sangat sulit. “Ngomong salah, tak ngomong pun salah,” ujarnya, mengingat tekanan politik yang terus mengelilinginya.
( Detik.com )